Header Ads

ad728
  • Breaking News

    Lampung Timur Lada

    Harga Lada Lampung Timur Anjlok

    Lampung Timur - Petani lada di Provinsi Lampung prihatin dengan anjloknya harga komoditas andalan ini. Jika 2016 harga lada masihbertengger di angka Rp 100 ribu per kilogram, saatini harga anjlok di kisaran Rp 40 ribu hingga Rp50 ribu per kg. Jika selama 2017 harga lada masih tidak beranjak dari kisaran Rp40ribu. Petani di Bumi Ruwa Jurai kehilangan potensi pendapatan hingga Rp 1 triliun. Anjloknya harga lada dari "Tanah  Lado" (julukan Lampung sebagai penghasil lada) menjadi pukulan bertubitubi, setelah anjloknya harga singkong, sawit, dan karet, serta turunnya produksi kopi. Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung, Dessy Desmaniar Romas, yang dimintai tanggapan. Harga lada turun faktor lada Vietnam Yana menyerbu pasar dunia. "Faktor lain, kualitas lada Lampung yang kUrang maksima] akibat pengaruh cuaca," katanya. Besarnya nilai 0 pendapatan yang mengakibatkan harga anjlok diperoleh dari hitungan produksi lada 2016 yang mencapai 15 ribu ton, dalam hitunganan Tribun, saat harga masih Rp 100 ribu Per kg, pendapatan petani mencapai Rp 1,5 triliun. Namun, jika harga hanya Rp 40 diraup petani hanya sekitar Rp 600 miliar. Dengan demikian, potensi pendapatan yang hilang sekitar Rp 900 miliar sampai Rp 1 triliun. 

    Untuk mengatasi kualitas lada yang kurang maksimal, Dessy mengatakan, Pemprov Lampung sudah menyiapkan langkah dengan" menyiapkan bibit unggul, dan pencegahaan penyakit tanaman kepada para petani lada. "Kita ingin bangkitkan kembali lada sebagai komoditas unggulan Lampung seperti dulu," ujar Dessy. Lampung dikenal sebagai penghasil lada terbesar di Indonesia. Komoditas rempah-rempah ini sudah tersohor di nusantara sejak zaman kolonial. Sayang, masa emas lada Lampung kian tergerus akibat kuantitas dan kualitas produksi yang turun. Pada awal 2017 harga lada glasih di kisaran Rp 109 ribu per kg. Namun, saat ini harga lada rata-rata Rp 45 ribu per kg atau anjlok hingga 60 persen. Supangat berharap ada kebijakan dari pemerintah, baik daerah maupun pusat, untuk mengontrol harga supaya tidak jatuh anjlok. Selain itu, ada ada bantuan bibit, pupuk, infrastruktur, dan pengetahuan pada para petani. "Di Lampung Timur enggak ada resi gudang. Infrastruktur juga kurang baikdan karena lada Lampung ini kan ciri khas," Ujanrya. Selain itu, pihaknya berkata "Karena kita dapat kabar dari Vietnam, lada kita tapi dibilang bukan lada indonesia". Petani lada di Margatiga Lampung Timur ini menjelaskan, normalnya produksi lada bisa mencapai dua ton per hektar. Sekarang ini berada di kisaran 5 sampai 6 kuintal per hari. Kondisi ini disebabkan faktor cuaca. Sahrul, petani lada asal Way Kanan mengaku mendengar anjloknya harga lada karena di luar negeri juga musim panen. "Lada ini komoditi ekspor, pas di luar negeri juga panen, jadi lada diluar juga banyak, sehingga lada dari dalam negeri hanya di jual di dalam negeri saja,“ kata warga Tulung Buyut, Waykanan ini. ” Sahrul mengaku akan bertahan menanam lada. Sebab, harga tanaman lain, seperti karet, sawit, juga harganya masih anjlok. Ia berharap harga distabilkan. Sehingga petani lada bisa memperbaiki ekonomi. Adi Amri, petani lada di Kotabumi, menjelaskan lada kering dibeli Rp 40 sampai Rp 42 ribu per kg. Sedangkan lada dalam kondisi basah dijual dengan harga Rp 35 ribu per kg. "Harga sebelumnya Rp 100 ribu-Rp125 ribu. Penyebabnya saya kurang tahu," kata Adi. Ia masih berharap stabilitas harga lada di kisaran'Rp _ 100 ribu & per kg dipertahankan. Pusat harus terlibat. 



    Bupati Kabupaten Way Kanan, Raden Adipati, mengaku khawatir dengan turunnya harga lada. Ia berharap pemerintah  pusat turun tangan menangani anjloknya harga lada. "Harus ada kebijakan yang diambil pemerintah pusat ," kata Adipati kemarin. Menurutnya, pemkab tidak bisa maksimal dalam menangani anjloknya harga lada di tingkat petani. Apalagi harga lada sebenarnya fluktuatif. "Kalau sekarang memang kondisinya menurun. Pusat harus ambil kebijakan," ujarnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statsistik Lampung, tahun 2016 Way Kanan menghasilkan produksi lada 11.388 ton. Sedangkan produksi tertinggi dipegang Lampung Barat dengan produksi 3.664ton. Pemerintah Kabupaten Lampung Timur mengaku, tengah berupaya membangun kembali kejayaan sebagai Tanoh Lado. Caranya dengan membuat "Festival Petik Lada 2017". Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim menyampaikan festival yang digelar mempunyai falsafah agar masyarakat berlomba menanam lada! 
    Lada Vietnam. Pemicu anjloknya komoditi unggulan Lampung ini disebabkan harga lada Vietnam yang menjadi acuan harga lada dunia mengalami peningkatan produksi. Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Provinsi Lampung, Yusli Revonandi, mengatakan, harga lada Indonesia mengikuti harga lada Vietnam yang menjadi tolak ukur harga lada dunia. Karena poduksi lada Vietnam meningkat dan kualitasnya turun, maka harga pun ikut terseret turun. Ini yang memicu harga lada Indonesia anjlok karena mengikuti harga pasar. Yusli menjelaskan, komoditi ekspor lada hitam Lampung dua tahun terakhir mengalami penurunan. Tahun 2016 ekspor lada hitam Lampung sebesar 195,476,564 ton, turun 32,23 persen dibanding tahun 2015 yang mencapai 288,472,345 ton. Jumlah negara tujuan ekspor negara Lada hitam Lampung tahun 2017 juga mengalami penurunan dibanding 2016. Pada 2016 terdapat 33 negara tujuan ekspor lada Lampung dengan negara jumlah ekspor terbesar. Untuk negara Vietnam; Amerika serikat, India ,Belanda, dan China. Sedangkan tahun 2017 negara tujuan ekspor Lada Hitam Lampung menjadi 24 negara, dengan jumlah ekspor terbesar pada negara Amerika Serikat, Vietnam, India ,Prancis, dan Belanda. "Dari faktor negara tujuan ekspor lada Lampung memang mengalami naik turun. Tahun 2012 ada 28 negara, tahun 2013 turun jadi 25 negara. Yang melonjak itu tahun 2016 bisa 33 negara. Tapi tahun 2017 menjadi 24 negara.

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    ad728

    Post Bottom Ad

    ad728